Gus Rozin: “Santri itu harus memberi ilmu dan memberi sesuatu, bukan memberi ilmu dan mengharap sesuatu”
Santri dinilai memiliki elemen besar terkait ke-Islaman didalam tubuhnya. Disamping karena pendidikan Pesantren menjadikan ‘kebahagiaan akhirat’ sebagai prioritas, hal ini juga dapat dilihat dari bahan kajian santri yaitu turâts, fiqh, tauhid dsb. yang merupakan interpretasi dari Al Quran dan Hadist. Namun menghadapi era disrupsi merupakan sebuah keniscayaan, inilah mengapa santri dituntut untuk dapat mandiri baik di dunia akademis maupun politis.
Pengasuh Pesantren Maslakul Huda Kajen, Margoyoso, Pati yang notabene Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma’had Islamiyah (RMI) PBNU atau Asosiasi Nahdlatul Ulama, KH. Abdul Ghofarrozin atau akrab dengan sapaan Gus Rozin, memberi sambutan pada acara Pelatihan Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Pesantren/Pesantrenpreneur yang merupakan program Kementerian Pemuda Dan Olahraga (KEMENPORA) Republik Indonesia (Jumat, 20 Desember 2019) di Lt. 2 Aula Pesantren Maslakul Huda bersama Pak Abdul Muiz (AM) seorang Motivator Bisnis Yogyakarta.
Pada kesempatan ini beliau (Gus Rozin) memaparkan bahwa “Santri itu harus mandiri, mandiri dalam hal akademis yang artinya pendidikan pesantren harus independen dan jangan sampai terintervensi oleh negara. Begitupun mandiri dalam hal politis yang artinya tidak harus menjadi follower setiap lima tahun sekali. Dan keduanya dapat dicapai jika santri dapat mandiri dalam hal ekonomi”. Beliau sangat mengapresiasi program dari KEMENPORA bahwa memang santri perlu pengetahuan tentang enterpreneur, edupreneur, yang kemudian dapat merambah pada teacher preneur.
Kemudian beliau memaparkan bahwa “Santri tidak boleh tomak (mengharapkan sesuatu dari orang lain), Santri seharusnya memberi ilmu dan memberi sesuatu, bukan memberi ilmu tetetapi mengharap sesuatu” karena menurut beliau hal-hal tersebut sudah mulai langka. Maka kemudian santri harus mandiri karena jika Santri mandiri NKRI hebat “seperti jargon hari santri pada tahun 2017 itu, Santri Mandiri NKRI Hebat” imbuh beliau. (Happi In Islami)